Karena ulah beberapa oknum, sampai saat ini citra korps
berbaju coklat masih dinilai negatif oleh masyarakat. Terutama yang bertugas di
jalan. Seperti diberitakan Kompas.com (Rabu 27/08/ 2014): “Warga dunia maya
berkomentar positif dan negatif terkait video polisi yang mendorong mobil mogok
di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.” Saya mempunyai pengalaman yang
memperkuat hal itu.
Minggu, 17/08/2014, sekitar pukul 14.00 saya pulang
dari kursus di SSW. Seperti biasa pertigaan Rungkut (Jl. Rungkut Kidul, Jl. Raya
Rungkut dan Jl. Rungkut Lor) agak ramai.
Kendaraan yang akan belok kanan harus bergantian antara yang dari arah
utara dan dari barat. Yang belok kiri, baik dari barat maupun dari selatan
juga harus bersabar karena lajurnya memang sempit.
Ketika saya
mendapat giliran untuk belok kanan, dari arah selatan ada sebuah mobil
berhenti. Rupanya akan lurus ke arah utara. Padahal ada rambu larangan untuk
lurus. Saya sempatkan melihat nomor seri
mobil itu. Ternyata plat nomornya berseri B, dari luar kota. Kebetulan di sisi
utara pertigaan ada dua orang Polri. Kasihan, pikir saya. Langsung saya beri isyarat
agar belok kiri ke arah barat. Sang pengemudi mengetahui, langsung belok kiri ke arah barat. Akhirnya
selamat, mobil itu melanjutkan
perjalanan.
Sangat disayangkan, petugas yang ada di tempat itu
hanya diam saja. Tidak bertindak apapun,
melihat mobil dari arah selatan yang berhenti karena menunggu kesempatan
untuk lurus kearah utara. Padahal mobil yang berhenti itu akan memicu
terjadinya kemacetan. Sudah dapat diduga, bila mobil tadi sudah berjalan ke
arah utara tentu akan menjadi “mangsa”. Perilaku oknum yang demikian membuat
penilaian terhadap petugas kurang baik di mata masyarakat.
Alangkah bijaksananya, bila petugas menghampiri
mobil yang berhenti tadi. Mengingatkan bahwa ada larangan untuk lurus ke utara
dan kemudian mempersilakan untuk belok kiri ke arah barat. Kemacetan tidak
terjadi dan masyarakat tentu akan memberi apresiasi terhadap kinerja petugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar